Kita Masih di Awal Peziarahan
Gedung itu tidak megah, namun ia berbeda di antara yang lain. Perbedaannya itu pun terlihat sangat jelas, dari orang-orang yang berada di dalam naungannya. Mereka berasal dari berbagai macam suku, ras, warna kulit, dan keunikan. Akan tetapi, perbedaan yang terjadi, justu menjadi penguat dalam persaudaraan cinta kasih, selama lima tahun belakangan ini.
Tiap hari bahkan tiap minggu, Gereja Kristus Raja (GKR) PMPP-TNI kawasan IPSC Sentul kian ramai dipenuhi orang. Bukan hanya sekadar merayakan perayaan ekaristi, namun warga membangun komunikasi yang amat baik satu sama lain. Ada canda, tawa, gelisah, dan kisah yang dirajut menjadi satu dalam sebuah untaian persaudaraan. Lima tahun telah berlalu, gedung GKR, bukan hanya tempat untuk berdoa—merayakan ekaristi—namun menjadi sebuah awal cerita. Itu dulu. Sekarang pandemi melanda.
Salah seorang umat dari Wilayah Filipus, Cibinong Michael Galih (27) mengatakan, perubahan yang terjadi di GKR sangat banyak. Lima tahun yang lalu, ia melihat bangunan GKR sangat asing. Terasa seperti bangunan serba guna, katanya. Namun, saat ini untuknya, GKR seperti rumah.
“Dulu, saya diajak (Mas) Deo ke sini. Masih sangat sepi banget. Kalau sekarang, saya merasa bahagia di sini,” kata OMK yang sekarang bekerja di Surabaya.
Pastor Bantuan Militer dan Polisi Keuskupan TNI/Polri (OCI) RD. Rofinus Neto Wuli menceritakan berbagai pengalamannya sebagai salah satu gembala di GKR. Pastor yang kerap disapa, Romo Roni ini sangat antusias menceritakan bagaimana pengembalaannya bagi umat-umat yang berada di GKR ini. Ia merasakan sukacita yang sangat mendalam. Dinamika yang sangat banyak, justru membuatnya menjadi lebih semangat lagi dalam pelayanan.
Providentia Dei, katanya. Menurutnya semua karena berkat dari “Penyelenggaraan Ilahi” yang menguatkannya. Romo Roni pun tidak membeda-bedakan umat yang telah lama melayani di GKR maupun baru. Justru ia merasa senang, banyak umat yang turut ambil bagian dalam tugas pelayanan di GKR. Yang terpenting baginya seperti slogan Mgr. Soegijapranata, “100 % Katolik, 100 % Indonesia!”
Sejarah berdiri
Pada awalnya, pendirian kapel GKR ini bertujuan untuk menyiapkan fasilitas yang mendukung mental kerohanian prajurit TNI beragama Kristiani—Katolik dan Protestan—yang bertugas di IPSC. Terutama pasukan yang akan dikirim menjalankan tugas misi perdamaian PBB di negara-negara yang sedang berkonflik.
Gedung GKR ini didirikan oleh Badan Instalasi Strategis Nasional (Bainstranas) dibawah komando Kementerian Pertahanan RI yang selanjutnya diserahkan sebagai bangunan inventaris negara milik dari Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI Sentul. Maka dari itu, Romo Roni menegaskan bahwa gedung ini milik pemerintah, akan tetapi fasilitas umum ini diperkenankan untuk warga umum.
Gedung GKR ini digunakan secara rutin untuk kegiatan kerohanian kristiani bagi para prajurit di lingkungan TNI di kawasan IPSC; Persekutuan Oikumene Mahasiswa Kristiani Unhan; umat Kristen Nias Bogor (PNPB), dan umat Katolik dari wilayah Sto. Simon sekitar Sentul. Untuk itu, waktu yang disepakati dalam peribadatannya, yakni, untuk umat Katolik pada pukul 08.00. Sedangkan umat PNPB pada pukul 10.30.
Gereja Kristus Raja Sentul ini diresmikan oleh Menteri Pertahanan RI Prof. Dr. Ir. Purnomo Yusgiantoro pada 7 November 2014. Kemudian di waktu terpisah, Uskup Keuskupan Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM memberkati gedung GKR ini. Saat itu, Uskup Bogor didampingi Romo Roni mewakili Uskup TNI-Polri Mgr. Ignatius Suharyo, 14 Desember 2014.
Proses perizinan GKR menjadi tempat peribadatan umat Katolik tergolong sangat cepat. Saat itu, Kapuskon Banarahan Kemhan RI Brigjen (TNI) Yohanes Wahyu Agung mewakili Kementerian Pertahanan bertemu dengan Uskup Bogor, Uskup TNI-Polri, dan Romo Roni. Pada akhirnya, umat Katolik diperkenankan menggunakan gedung GKR sebagai tempat peribadatan.
Perizinan tersebut terbit dalam surat yang menerangkan, Gereja Kristus Raja diperkenankan untuk digunakan dalam peribadatan umat Katolik, sejak 21 November 2014. Dengan catatan, bangunan milik negara dan kegiatan peribadatan pun diberikan bagi warga nasrani lainnya. Tak lama kemudian, bangunan pun rampung. Pada 1 Desember 2015, Uskup TNI-Polri Mgr. Ignatius Suharyo memberkati pastoran tersebut.
Johannes de Deo CC dan Padro Fransiscus