Melalui Teladan Bunda Maria Menginspirasi Kami untuk Makin Hadir Bagi Sesama

Injil Lukas 1:43 Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?

Setelah beberapa saat merenungkan kembali isi naas dalam Injil Lukas ini, seolah kita mudah untuk menggambarkan bagaimana Bunda Maria mengunjungi Bunda Elisabet. Mungkin, tinggal keluar rumah belok kanan dikit,.. sampai, dan disitulah rumah Bunda Elisabet.

Namun terhenyaklah pikiranku, setelah tahu jarak antara kota Nazareth ke Kota Kelahiran Yohannes Pembabtis sejauh 145 Km!!!

Dan saat itu, Bunda Maria yang juga dalam keadaan mengandung, melakukan perjalanan jauh menggunakan taksi GrabCar atau Gocar.

Kita boleh saja tersenyum saat membaca tulisan kecil di atas.

Dengan kondisiNya yang sedang mengandung, Bunda menyempatkan diri, menyapa dan memberi kekuatan kepada Bunda Elisabet yang saat itu mengandung di usia lanjut. Di sini kuasa Tuhan/ keajaiban terjadi dan Bunda Maria hadir untuk Bunda Elisabet.

Lalu, bagaimana dengan kita?

Pada saat kita jatuh dalam pergumulan atau pencobaan datang, otak kita langsung cepat menyuruh “Ayo Doa Novena nanti, mohon bantuan Tuhan untuk dikabulkan.”

Namun pada saat sebaliknya, jika ada panggilan untuk membantu sesama, dengan cepat kita menolak.

Saat diminta untuk sekedar bersama berdoa rosario, muncul bisikan ngga usah berangkat, di luar hujan/ gerimis atau karena belum selesai memasak makanan untuk hidangan nanti malam atau jangan di tempatku, melainkan di rumah si dia saja, Aku sedang sibuk atau mungkin waktu ada panggilan tugas jaga Tatib atau parkir atau nyanyi Koor bersama rekan lingkungan, muncul bisikan ke otak kita untuk segera membuat alasan biar aman dan tidak terganggu. Atau masih banyak contoh lainnya.

Sekarang, kita diingatkan kembali melalui bulan Maria ini, mampukah kita aktif kembali dan hadir dalam kegiatan lingkungan (seiman) atau sekitar kita? atau memilih tetap sibuk dengan berbagai alasan ajaib yang dibuat oleh otak kita yang kecil ini yang menginstruksikan jiwa dan badan kita untuk mengikuti kemana kemauan otak dan hasrat ini mau.

Sungguh ironi bukan? Padahal jika direnungkan kembali, bahwa melalui kekurangan, kelemahan dan pencobaan yang sedang kita hadapi inilah, Dia yang bertahta di atas sana sedang berusaha menyapa kita untuk segera mendekat padaNya.

Semoga melalui berdevosi kepada Bunda Maria ini kita dikuatkan dan makin aktif untuk hadir bagi sesama, sesuai teladan Bunda Maria. Amin.

Lare_angon@immanuel 2024