Renungan Keluaran – 24:3-8; Matius 13:24-30

Kitab Keluaran berkisah tentang upacara puncak dari pendirian Perjanjian antara Tuhan dan Umat Israel. Musa sendiri mengawali upacara tersebut dengan menyampaikan 10 Firman Allah.  Upacara inilah merupakan ungkapan komitmen Bangsa Israel yang dibutuhkan untuk mengikat perjanjian.

Perumpamaan Gandung dan Ilalang yang diKisahkan oleh Yesus pun membawa pesan bahwa Kuasa dan Kasih Tuhan merawat dengan Sabar, baik orang Saleh maupun orang berdosa.

Tuhan begitu bersabar terhadap kelemahan, dosa manusia. Ia memberi waktu yang panjang untuk setiap orang bertobat dan diselamatkan.

            Kita kadang-kadang memperlakukan orang lain sebagai ilalang, yang mengganggu kebersamaan iman, sehingga kita sendiri terkadang mau membuat mereka tidak betah berada di lingkungan kita. Cara pandang seperti ini berlawanan dengan pesan Yesus sendiri.  Sebab Tuhan menyayangkan segala-galanya.

            Gandum sebagai benih baik bertumbuh menjadi gandum. Esensi manusia sebagai citra Allah bertumbuh menjadi manusiawi. Ciri manusiawi adalah tenggang rasa, peduli, serta rela menolong sesama. Sikap ini semestinya menjadi sikap asli manusia. Idealnya tidak ada manusia yang jahat. Namun ternyata disela-sela waktu, ada kejahatan yang menyeruak dalam diri manusia. Kejahatan itu buah dari ambisi serta keinginan untuk mementingkan diri sendiri. Kejahatan ini buah dari pembangkangan terhadap hakekat manusia itu sendiri. Manusia ingin lepas kendali, menguasai, serta semaunya sendiri. Keadaan ini terus bertumbuh dalam hidup manusia. Sikap ini pun bisa bertumbuh menjadi besar, mengakar dengan kuatnya, dan melekat dengan eratnya. Maka tidak heran jika ada manusia yang sangat keji dan sadis sekali. Semakin jahat semakin bangga. Aneh.

Marilah kita instropeksi diri kita masing-masing agar kita belajar menjadi sempurna. Belajar Sabar seperti Kristus. Allah itu Sabar

Amin.

Anjer Hutabalian – PPK PKKC